PLUTO TIDAK LAGI MENJADI PLANET

Selama lebih dari 70 tahun, Pluto dikenal sebagai planet kesembilan dalam tata surya kita. Namun, pada tahun 2006, status Pluto sebagai planet dicabut oleh International Astronomical Union (IAU), sebuah badan global yang bertanggung jawab untuk menamai objek-objek langit dan mendefinisikan istilah-istilah astronomi. Keputusan ini mengejutkan banyak orang dan memicu perdebatan di kalangan ilmuwan maupun masyarakat umum. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa Pluto tidak lagi memenuhi syarat sebagai planet?

Perubahan status Pluto bermula dari perkembangan teknologi dan penemuan objek-objek langit baru di Sabuk Kuiper, sebuah wilayah di luar orbit Neptunus yang dipenuhi oleh ribuan benda es. Dengan teleskop yang semakin canggih, para astronom mulai menemukan objek-objek di Sabuk Kuiper yang ukurannya sebanding, atau bahkan lebih besar, dari Pluto. Penemuan objek seperti Eris memunculkan pertanyaan krusial: apakah objek-objek ini juga harus dianggap sebagai planet? Jika ya, maka jumlah planet dalam tata surya kita akan bertambah signifikan, yang dirasa kurang praktis dan tidak mencerminkan keragaman objek di sana.

Untuk mengatasi kebingungan ini, IAU mengadakan pertemuan pada tahun 2006 dan merumuskan definisi planet yang lebih ketat. Menurut definisi baru ini, sebuah benda langit dapat disebut sebagai planet jika memenuhi tiga kriteria berikut:

  1. Mengorbit Matahari: Benda tersebut harus berada di orbit mengelilingi Matahari.
  2. Memiliki massa yang cukup untuk memiliki bentuk hampir bulat: Gravitasi benda tersebut harus cukup kuat untuk mengatasi gaya internalnya sehingga memiliki bentuk kesetimbangan hidrostatik (biasanya berbentuk bulat).
  3. Telah “membersihkan” lingkungan di sekitar orbitnya: Benda tersebut harus menjadi objek yang dominan secara gravitasi di jalur orbitnya, membersihkan objek-objek kecil lainnya di sekitarnya, baik dengan menyerapnya, menariknya menjadi satelit, atau mendorongnya keluar dari orbit.

Pluto memenuhi dua kriteria pertama. Ia mengorbit Matahari dan memiliki massa yang cukup untuk berbentuk hampir bulat. Namun, Pluto gagal memenuhi kriteria ketiga. Orbit Pluto berada di Sabuk Kuiper, wilayah yang padat dengan banyak objek langit lainnya. Pluto belum membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya dari benda-benda lain. Sebaliknya, Pluto berbagi wilayah orbitnya dengan banyak objek Sabuk Kuiper lainnya.

Oleh karena itu, berdasarkan definisi baru IAU, Pluto diklasifikasikan ulang sebagai “planet kerdil” (dwarf planet). Kategori planet kerdil mencakup objek-objek yang mengorbit Matahari dan memiliki massa yang cukup untuk berbentuk hampir bulat, tetapi belum membersihkan lingkungan di sekitar orbitnya. Selain Pluto, beberapa objek lain di tata surya kita yang termasuk dalam kategori planet kerdil antara lain Ceres, Eris, Makemake, dan Haumea.

Keputusan untuk menurunkan status Pluto memang menuai pro dan kontra. Sebagian ilmuwan berpendapat bahwa definisi baru ini terlalu sempit dan mengabaikan karakteristik unik Pluto. Namun, sebagian besar komunitas astronomi menerima definisi baru ini sebagai cara yang lebih akurat untuk mengklasifikasikan objek-objek di tata surya kita berdasarkan karakteristik fisik dan dinamisnya.

Meskipun tidak lagi disebut sebagai planet, Pluto tetap menjadi objek yang menarik dan penting untuk dipelajari. Misi New Horizons NASA yang mengunjungi Pluto pada tahun 2015 telah memberikan wawasan yang luar biasa tentang dunia yang jauh dan dingin ini, mengungkapkan pegunungan es, dataran luas, dan atmosfer yang tipis. Pluto mungkin telah kehilangan gelarnya sebagai planet kesembilan, tetapi tempatnya dalam sejarah penjelajahan tata surya kita tetap tak tergantikan.

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
2
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x